Kamis, 05 April 2012

ADHD

ADHD adalah suatu gangguan dimana seorang anak menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsive, dan/atau tidak punya perhatian yang sejalan dengan usianya. ADHD adalah akibat dari suatu keseimbangan kimia yang tidak biasa (atypical) dalam otak, yang berarti bahwa ADHD adalah satu masalah fisik, bukan masalah emosional. Faktor-faktor luar, seperti orangtua miskin, situasi rumah yang kacau, perceraian, atau stress sekolah bisa memengaruhi bagaimana gejala-gejala ini kelihatan, tetapi tidak menyebabkan ADHD.

Seberapa umumnya ADHD?
ADHD cukup umum. Secara konservatif diperkirakan memengaruhi 3% sampai 5% anak-anak usia sekolah. Beberapa laporan mengemukakan bahwa sebanyak-banyaknya 4% sampai 8% atau bahkan, mengherankan bisa sampai 10% sampai 18% anak-anak menderita ADHD. Dengan demikian, sekitar antara 2 sampai 13 juta anak Amerika menderita ADHD. Dengan kata lain, rata-rata sekurang-kurangnya satu anak dalam setiap ruang kelas menderita ADHD. ADHD mengakibatkan jutaan kunjungan ke dokter setiap tahun.
Hampir 60% dari anak-anak penderita ADHD memiliki gejala-gejala yang bertahan sampai masa dewasa. Ini berarti bahwa mendekati 8 juta orang dewasa (sekitar 4% penduduk dewasa A.S) menderita ADHD. Akan tetapi, ketika ADHD merupakan gangguan perilaku yang masih kekurangan tanda yang spesifik biologis, prkiraan tentang frekuensinya dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Metode untuk membuat diagnosis paling pasti memengaruhi frekuensi yang diperkirakan Standar DSM-IV-TR terkini, yang memungkinkan baik hyperactive-impulsive maupun inattentive subtypes, telah menghasilkan tingkat diagnosis lebih tinggi daripada standar DSM sebelumnya, yang memberikan tekanan yang lebih tinggi pada hiperaktivitas sebagai criteria diagnostik. Dengan kata lain, frekuensi diagnosis meningkat bila hiperaktivitas tidak dianggap sebagai karakteristik yang perlu untuk diagnosis ADHD. Semakin longgar tuntutannya, semakin besar jumlah individu yang tercakup dalam payung diagnostik. Frekuensi ADHD yang diperkirakan juga tergantung pada siapa yang memberikan informasi untuk membuat diagnosis : orangtua, guru, anak, atau dokter. Semua memiliki agenda mereka sendiri untuk melapor. Para guru melihat anak-anak melalui lensa ruang kelas, dimana ada ekspektasi spesifik akademik dan perilaku. Dalam sebuah kelas yang penuh dengan anak-anak, gangguan yang ditimbulkan oleh seorang siswa dapat membawa efek yang beriak. Di pihak lain, dalam kelas besar yang penuh dengan anak-anak, para guru mungkin tidak memperhatikan anak-anak yang sebenarnya agak tidak memberikan perhatian. Anak-anak mungkin kurang sadar akan gejala mereka sendiri. Anak remaja, khususnya memang terkenal karena mereka tidak banyak melapor, dan cenderung meminimalkan gejala mereka. Orangtua memandang perilaku anak-anak mereka dari perspektif kehidupan pagi dan petang hari. Perspektif mereka itu intensif dan juga jangka panjang. Di pihak lain, perilaku yang terlihat dibawah lensa kehidupan sehari-hari yang intensif, bisa membuat mereka benar-benar sadar akan segala sesuatu yang sudah berlangsung tanpa mendapat perhatian dari orang lain. Para dokter melihat anak-anak dalam setting yang agak artificial, dimana anak merupakan fokus perhatian dan mungkin ada dalam perilaku terbaiknya. Sebaliknya, beberapa anak mengalami stress oleh kunjungan ke dokter dan akan segera menunjukkan tanda-tanda menyerupai ADHD dengan menjelajahi ruang praktek, mnyentuh dan mengambil segala sesuatu yang terlihat
Masalah dari berbagai perspektif disoroti dalam satu studi yang meminta orangtua, guru, dan para dokter menilai anak-anak yang mengalami masalah di sekolah itu, sebagai menderita atau tidaknya menderita ADHD. Hasilnya mengindikasikan bahwa hampir 10% dinilai ‘ya’ dengan suara bulat dan 30% ‘tidak’ dengan suara bulat. Akan tetapi, orangtua, guru, dan dokter tidak sepakat dengan diagnosis dari hampir dua pertiga anak-anak. Studi-studi yang menggunakan kuesioner kuantitatif untuk menilai level kesepakatan antar orangtua, guru dan anak-anak menunjukkan adanya konsistensi yang lebih besar diantara para penilai; namun kuesioner khusus yang digunakan memengaruhi level kesepakatan. Beberapa dari kuesioner-kuesioner yang lebih singkat, cenderung tidak terlalu sering mendiagnosis ADHD karena mereka menekankan hiperaktivitas dan, selanjutnya anak-anak yang bermasalah dengan perhatian yang terabaikan (inattentive children). Kuesioner-kuesioner yang lebih panjang, mempertimbangkan multi situasi dimana perhatian dituntut, menghasilkan kesepakatan lebih besar di kalangan penilai dan barangkali merupakan alat diagnosis yang lebih handal. Usia anak yang dievaluasi juga berbeda. Anak-anak yang lebih muda cenderung memiliki gejala yang lebih klasik dan hiperaktif. Dengan demikian, diagnosisnya lebih mungkin dilakukan pada anak-anak yang lebih muda, ketimbang daripada anak-anak non hiperaktif yang lebih tua, yang punya masalah dengan perhatian. ADHD tampaknya menjadi frekuensi yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Sebagai contoh, ADHD tampak lebih umum di A.S daripada di Inggris. Sebuah studi nasional besar di Inggris menemukan lazimnya gangguan hyperkinetic (istilah Ingriss untuk hyperactivity) hanya 1,4 %. Di Jepang, sebuah studi yang mendasarkan diagnosis pada sebuah versi yang lebih tua dari DSM (yang memberikan tekanan lebih besar pada hiperaktivitas untuk diagnosis) menetapkan, 8% dari anak-anak dalam populasi umum memenuhi standar untuk ADHD. Perbedaan dapat menjadi sebuah refleksi dari ambang berbeda untuk diagnosis ditengah budaya yang berbeda, atau kriteria diagnosis yang berbeda (atau keduanya).
Gejala inti dari ADHD pada anak-anak:

Hiperaktivitas-Impulsivitas
1. Sering gagal memberikan perhatian pada hal-hal kecil atau membuat kesalahan yang tidak diperhatikan disekolah, tempat kerja, atau aktivitas-aktivitas lain.
2. Sering mengalami kesulitan untuk teru menerus memperhatikan tugas atau permainan.
3. Sering tidak mendengar ketika orang berbicara kepadanya secara langsung.
4. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan satu proyek, dll.
5. Sering mengalami kesulitan dalam mengorganisai tugas dan aktivitas.
6. Sering menghindar, tidak suka, atau enggan terkibat dalam tugas-tugas yang menutut usaha mental yang terus menerus.
7. Sering kehilangan hal-hal yang perlu untuk tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas.
8. Sering diganggu oleh rangsangan dari luar.
9. Sering lupa terhadap aktivitas sehari-hari.

Hiperaktivitas
1. Sering menjadi gelisah, dengan tangan atau kaki menggeliat dikursi.
2. Sering meninggalkan tempat duduknya diruang kelas atau dalam situasi lain dimana terasa kurang memadai; pada orang dewasa atau remaja, bisa terbatas pada perasaan tidak tenang yang subyektif.
3. Sering belari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi dimana keadaanya tidak sesuai; pada remaja atau orang dewasa, bisa dibatasi ada perasaan tidak tenang yang subyektif.
4. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas waktu luang secara tenang.
5. Sering “sambil berjalan” atau bertindak seolah-olah didorong oleh sebuah motor.
6. Sering berbicara terlalu banyak.

Impulsivitas
1. Sering menceploskan jawaban sebelum pertanyaan yang belum diselesaikan.
2. Sering sulit menunggu gilirannya.
3. Sering menginterupsi atau memotong pembicaraan orang lain.
4. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau tidak adanya perhatian yang menyebabkan gangguan (impairment) muncul sebelum usia 7 tahun.
5. Beberapa gangguan dari gejala-gejala itu muncul dalam dua atau lebih setting (sekolah, tempat kerja dan rumah).
6. Bukti yang jelas dari gangguan signifikan dalam fungsi social, akademik, atau kedudukan.
7. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh gangguan lain dan tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan lain.

Apa yang menyebabkan ADHD?
Sejauh ini, sebab paling umum dari ADHD adalah genetic proclivity (artinya, ADHD sering diwariskan). Studi-studi mengemukakan bahwa tingkat pewarisan ADHD berkisat dari 0,75 sampai 0,91. Tingkat pewarisan (heritability rate) mengindikasikan persentase dari ADHD pada seorang individu yang merupakan hasil dari faktor genetik dan bukannya faktor lingkungan. Dengan demikian, tingkat heritabilitas sebesar 0.75 berarti bahwa 75% dari sebab ADHD itu genetik. Akan tetapi, ADHD dapat juga disebabkan atau diperburuk oleh faktor-faktor lain seperti kelahiran premature, anemia, pengobatan asma, dan faktor-faktor lingkungan lain.
ADHD dapat didiagnosis dalam diri anak, paling muda pada usia 3 tahun. Tanda-tanda ADHD pada anak-anak pra sekolah bisa mencakup satu level aktivitas yang sangat pelu diperhatikan, ketidakmampuan untuk tekun pada tugas-tugas, masalah dalam mengikuti instruksi kelompok, modulasi prilaku yang jelek, kesulitan-kesulitan dengan interaksi social, keingintahuan yang tak pernah berakhir, agresi yang berlebih atau permainan yang merusak, pandir, suka main bos dan impulsif. Anak-anak pra sekolah yang menderita ADHD mungkin memiliki masalah tidur, seperti kurang tidur atau tidur tidak tenang. Selain itu, perilaku argumentatif dan ledakan amarah mungkin lebih umum dalam anak-anak prasekolah yang menderita ADHD. Anak-anak ini mungkin juga tidak matang, sering menunjukan prilalu yang tidak memadai atau tidak mau melakukan tugas. Semua ini dapat berkontribusi pada konflik-konflik dalam keluarga, yang berkisar dari cekcok dengan saudara kandung dan orang tua, sampai kesulitan-kesulitan dalam mempertahankan baby sitter.



DAFTAR PUSTAKA
Ruth D.Nass, MD dan Fern Leventhal, PhP; ADHD pada Anak; PT indeks 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar